Tuesday, March 3, 2009

Jenis Partai Politik

Partai politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromibaagi pendddapat yang sling bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara absah (legitimate) dan damai. Karena itu, “partai poitik dalam pengertian modern dapat didefinisikan sebagai suatu kelompolk yang mengajukan calon-calon bagi jabatan public untuk dipilih oleh rakyat sehingga dapat mengontrol atau mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah”. Batasan yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mark N. Hagopian. Menurutnya, partai politik adalah “suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruh bentuk dan karakter kebijaksanaan public dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktek kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan.”
Terdapat 5 jenis partai politik yang dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat komitmen partai terhadap ideologi dan kepentingan,yakni:

Partai Proto adalah tipe awal partai politik sebelum mencapai tingkat perkembangan seperti dewasa ini. Partai proto adalah faksi yang dibentuk berdasarkan pengelompokan ideologi masyarakat.
Partai Kader merupakan perkembangan lebih lanjut partai proto. Keanggotaan partai ini terutama berasal dari golongan kelas menengah ke atas. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini adalah konservatisme ekstrem atau maksimal reformisme moderat.
Partai Massa muncul pada saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap sebagai suatu respon politis dan organisasional bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai porto dan partai kader terbentuk di dalam lingkungan parlemen (intra-parlemen), memiliki basis pendukung kelas menengah ke atas, serta memliik tingkat organisasional dan ideologis yang relatif rendah. Sebaliknya, partai massa dibentuk di luar lingkungan parlemen (ekstra-parlemen), berorientasi pada basis pendukung yang luas misalnya, buruh, petani dan kelompok agama dan memiliki ideologi yang cukup jelas untuk memoblisasi masa dra mengebmngkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya.
Partai Diktatorial sebenarnya merupakan sub-tipe dari partai massa, tetapi memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal.
Partai Catch-all dapat merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa. Catch-all dapat diartikan sebagai “menampung kelompok–kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya.

Perbedaan partai politik dengan kelompok kepentingan atau kelompok penekan, sebagai berikut, partai politik dibentuk untuk mempengaruhi jalannya pemerintahan dengan mengajukan calon-calon untuk jabatan publik. Sementara kelompok kepentingan dan kelompok penekan lebih memilih cara-cara persuasi dan propaganda dalam usahanya untuk mempengaruhi pemerintah. Kegiatan partai tidak dapat dipisahkan dengan peran yang berhubungan dengan pengelolaan negara, sebaliknya kelompok kepentingan dan kelompok penekan tidak secara langsung berhubungan dengan tugas tersebut. Walaupun demikian, partai politik, kelompok kepentingan dan kelompok penekan memainkan peran yang sangat esensial dalam menjamin kelangsungan suatu sistem politik.


Friday, February 13, 2009

Ibn Khaldun : Solidaritas sosial, Monopolitik, dan Syarat Pemimpin

Dalam buku Muqadimmah karya Abu Zaid Abdul Rahman Ibn Khaldun atau Ibn Khaldun, menyatakan runtuh atau kokohnya suatu kekuasaan sangat tergantung pada ashabiyah (solidaritas sosial). Konsep ashabiyah ini, menyiratkan perlunya ruang bagi konflik kepentingan antar-penguasa dan yang dikuasai sehingga kedua belah pihak saling memiliki posisi tawar menawar untuk mencapai kepentingan yang saling menguntungkan. Konflik kepentingan yang bersifat internal atau eksternal selalu berakibat kepada perubahan dan perkembangan masyarakat, sehingga solidaritas social harus merupakan alat perjuangan dan alat penyelesaian persoalan tanpa kekerasan.
Kuat lemahnya kekuasaan suatu pemerintahan pun akan sangat tergantung kepada ikatan solidaritas sosial. Tetapi apabila, solidaritas sosial ini, dikerdilkan atau bersifat monopolitik, dimana hanya segelintir orang atau kelompok tertentu (hanya sebatas hubungan keluarga atau kekerabatan maupun kelompoknya) yang dekat kekuasaan sajalah yang mendapatkan kue-kue kekuasaan, hal ini, menurut Ibn Khaldun menjadi embrio bagi keruntuhan suatu kekuasaan. Karena hal tersebut, menjadikan penguasa lupa terhadap kewajibannya menjalankan amanat rakyat.
Menurut Ibn Khaldun, ada enam syarat yang harus dimiliki seorang kepala negara. Ke enam syarat itu :
Pertama, ia harus berpengetahuan dan memiliki kesanggupan untuk mengambil keputusan sesuai dengan hukum.
Ke dua, ia harus memiliki sikap dan perilaku jujur, berpegang teguh kepada keadilan, sifat-sifat moral yang baik sehingga perkataan dan tindakannya dapat dipercaya.
Ke tiga, bahwa ia mempunyai kesanggupan dalam menjalankan tugas-tugas yang diamanatkan kepadanya sebagai kepala negara termasuk melaksanakan hukum yang diputuskan secara konsekwen.
Ke empat, ia secara fisik dan mental harus bebas dari cacat yang tidak memungkinkan ia menjalankan tugas sebagai kepala negara dengan baik.
Ke lima, kepala negara harus dipilih dari bangsa sendiri.
Ke enam, seorang pemimpin itu harus lemah lembut dan sopan santun terhadap pengikutnya, dan harus mengutamakan kepentingan pengikut serta harus membela mereka sehingga ia tidak mencari-cari kesalahan rakyat.
Masyarakat beragama itu bukan saja memerlukan rasa solidaritas sosial (ashabiyah) untuk menghadapi lawan, tetapi Ibn Khaldun tidak membenarkan bila rasa solidaritas sosial (ashabiyah) itu dipergunakan untuk tujuan-tujuan hidup yang berlainan daripada yang dikehendaki agama, misalnya untuk kemegahan, untuk menikmati kemenangan yang diperoleh tanpa memperhitungkan batas-batas yang harus dipegang, ini baginya berlawanan dengan yang diingatkan Nabi.

Tipe Pemilih Pemilu

Dalam pemilu di Indonesia baik presiden maupun kepala daerah, kita melihat ada beberapa fenomena dari pemilih dalam menentukan pilihannya, yakni:
1. Pemilih yang merupakan pendukung setia sebuah partai politik, pemilih ini tidak peduli dengan calon yang diajukan/dicalonkan oleh partai politiknya karena menurut mereka calon yang diajukan partai politiknya merupakan calon yang terbaik menurut partai mereka. Militansi ini dapat ditemukan setidaknya dua partai politik di Indonesia, untuk kelompok Nasionalis-Sekuleris yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan kelompok Islam yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
2. Pemilih yang mendasarkan pilihan pada jejak langkah kandidat pemilu, mereka akan melihat dari berbagai segi baik pendidikan, akhlak/moral, dan pengalaman dalam kegiatan organisasi maupun politik, sosial dan ekonomi. Kelompok ini dihuni oleh kelompok kelas menengah-atas yang rata-rata lulusan penguruan tinggi dan jumlahnya tidak terlalu signifikan dalam masyarakat pemilih di Indonesia.
3. Pemilih yang hanya melihat dari penampilan fisik dari seorang kandidat, pemilih ini dalam menentukan pilihannya berdasar atas emosi mereka. Mereka tidak peduli dengan kapabilitas dari seorang calon untuk menjalankan fungsinya sebagai abdi negara maupun masyarakat, yang mereka lihat dari fisiknya semata seperti tampan, terkenal/selebritis, dan mempunyai cerita hidup yang membuat haru atau rasa kasihan. Pemilih tipe ini merupakan mayoritas dari pemilih di Indonesia.
Bila kita lihat tipe-tipe pemilih di Indonesia, maka kita mendapatkan bahwa pemilih yang mendasarkan pilihan menurut emosilah yang mayoritas, sehingga tidak heran kalau kita tidak mendapatkan seorang pemimpin yang diharapkan untuk meningkatkan tingkat kualitas kehidupan kita. Hal merupakan konsekwensi dari pilihan kita yang hanya berdasar atas suka dan tidak suka bukan berdasar atas kapabilitas dan integritas seseorang dalam menjatuhkan pilihannya.
Fenomena ini tentunya tidak bisa kita biarkan begitu saja, tugas sebagian oranglah untuk menyadarkan masyarakat dalam menentukan pilihannya karena pilihan yang salah akan membawa derita bagi masyarakat khususnya masyarakat golongan bawah. Tugas ini dibebankan kepada orang-orang yang mengerti tentang proses politik atau orang-orang yang mendapatkan pendidikan yang baik, tidak harus lulusan universitas ataupun sarjana politik, mereka harus turun kelapisan masyarakat dengan membawa misi untuk mendidikan masyarakat mengerti apa yang harus mereka pertimbangkan dan lakukan dalam menghadapi peristiwa politik. Dengan pengetahuan yang baik mengenai proses politik, masyarakat akan lebih rasional dalam menentukan pilihannya dan bila fenomena ini terjadi akan membawa dampak yang bagus untuk mendapatkan calon pemimpin yang selama ini diharapkan masyarakat sebagai ratu adil yang bisa menuntaskan segala permasalahan bangsa ini, yang sudah lama dalam jurang kenistaan disegala bidang yang nampaknya tidak ada ujungnya.
Kedewasaan dalam menentukan pilihan merupakan salahsatu jalan dari sejumlah jalan yang ada, untuk mengembalikan kehormatan dan kejayaan negara-bangsa ini seperti kejayaan kerajaan-kerajaan besar yang ada sebelum berdirinya negara ini.

Thursday, February 12, 2009

Kata Sifat Bahasa Sunda

A. Keadaan / Sifat Barang
Beureum euceuy
Bodas nyacas
Bodas ngeplak
Hejo ngagedod
Hideung cakeutreuk
Hideung meles (untuk rambut orang atau bulu hewan)
Hideung lestreng
Koneng enay
Koneng umyang (untuk kulit orang)

B. Untuk Rasa
Amis kareueut
Haseum ngadengil
Lada newewet
Pait molelel
Pangset moletek
Panas nereptep
Tiis camewek
Seungit melenghir
Seungit meleber
Seungit ngadalingding
Bau meledos
Bau meledek
Hangseur meleding

C. Keadaan
Herang ngagenclang
Herang ngagenyas
Poek mongkleng
Poek meredong
Caang mabra
Caang ngebrak
Kandel kedeplik
Ipis nyempring
Pendek pecekrek
Pendek pedeklek
Panjang ngagebay
Gede ngajegir
Leutik camperenik

Wednesday, February 11, 2009

Nama anak hewan dalam bahasa Sunda

  1. Anak anjing = kirik/kicik
  2. Anak bagong = begu
  3. Anak bandeng = nanar
  4. Anak banteng = bangkanang
  5. Anak bangbung = kuuk
  6. Anak bankong = buruy
  7. Anak belut = kuntit
  8. Anak bogo = cingok
  9. Anak boncel = bayong
  10. Anak buhaya = bocokok
  11. Anak deleg/gabus = boncel/kocolan/kokocolan
  12. Anak entog = titit
  13. Anak embe = ceme
  14. Anak gajah = menel
  15. Anak hayam = clak/pitik
  16. Anak japati = piyik
  17. Anak kancra = badal
  18. Anak keuyeup = bonceret
  19. Anak kuda = belo
  20. Anak kukupu = hileud
  21. Anak kutu = kuar
  22. Anak lancah = aom
  23. Anak lauk = kebul/burayak
  24. Anak lele = nanahaon
  25. Anak lubang = leungli
  26. Anak maung = juag/aum
  27. Anak meri = titit
  28. Anak monyet = begog
  29. Anak munding = eneng
  30. Anak reungit = utek-utek
  31. Anak sapi = pedet
  32. Anak ucing = bilatung

Friday, January 30, 2009

Kebijakan Politik Luar Negeri AS

Kebijakan Luar Negeri AS dibawah Presiden Obama

Menurut saya kebijakan PLN AS, siapapun presidennya tidak berubah ataupun bergeser dari melindungi kepentingan nasionalnya dan negara Israel. Jadi, tidak ada perubahan dari Kebijakan PLN AS.